Sejarah Wonogiri
Terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Wonogiri berasal dari bahasa Jawa, Wono (hutan) dan Giri (pegunungan). Menggambarkan kondisi wilayah Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan pegunungan.
Berawal dari dusun Nglaroh (wilayah kecamatan Selogiri), dimana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu yang dikemudian hari disebut Watu Gilang untuk menyusun strateginya melawan ketidakadilan dan penjajahan. Disitulah Raden Mas Said membentuk perwira2 perang yang mumpuni berjuluk Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dengan dukungan penuh rakyat Nglaroh Raden Mas Said berhasil menumpas ketidakadilan pemerintahan pada saat itu yaitu Paku Buwono II dan sekaligus mengusir penjajah yaitu Belanda. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri. Dimana akhirnya Raden Mas Said mampu menjadi penguasa wilayah itu dan diangkat menjadi Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I.
Raden Mas Said dalam perjuangannya mempunyai semboyan yang menjadi ikrar sehidup semati yaitu "Pamoring Kawulo Gusti" sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya. Luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagai keluarga besar yang sulit dicerai beraikan musuh. Ikrar itu berbunyi "TIJI TIBEH" Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh. Dia juga menciptakan konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu: 1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran dan mau menerima anugerah hanya dengan cara yang wajar, kemudian harus berbagi bahagia dengan sesama. 2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya sehingga rela berjuang, bekerja dan merawat daerahnya. 3. Wajib Melu Hangrungkebi, atinya wajib berjuang hingga tetes darah penghabisan demi tanah kelahirannya.
KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 daerah yang masing2 memiliki ciri khas atau karakteristik yang dipakai sbg metode dalam kepemimpinannya. 1. NGLAROH (Wonogiri bagian utara, meliputi Selogiri dan sekitarnya) Sifat rakyat daerah tsb adalah Bandol Ngrompol. Artinya kuat dari segi rohani dan jasmani, punya sifat bergerombol atau berkumpul. Positif dalam menggalang persatuan dan kesatuan. Jika bisa menguasai rakyat Nglaroh akan menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan. 2. SEMBUYAN (Wonogiri bagian selatan mengeliling dari Baturetno sampai Wuryantoro) Punya karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho. Artinya penurut, mudah diperintah pimpinan atau bersifat paternalistik. 3. WIROKO (Bagian tenggara Wonogiri, Tirtomoyo dan sekitarnya) Berkarakter Kethek Saranggon. Artinya punya sifat mirip kera, suka bergerombol, sulit diatur dan mudah tersinggung. Harus bisa jaga jarak dengan mereka, tidak terlalu dekat namun juga tidak bisa dijauhi. 4. KEDUWANG (Wonogiri timur) Berkarakter Lemah Bang Gineblegan. Artinya seperti tanah liat yang bisa padat dan mudah dibentuk. Mereka suka berfoya2 dan sulit diatur. Namun bila pandai menepuk2 mereka bagai tanah liat, mereka mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat. 5. HONGGOBAYAN (Timur laut Wonogiri, hingga perbatasan Karanganyar) Berkarakter Asu Galak Ora Nyathek. Artinya sepintas jika dilihat dari tutur katanya terkesan keras dan kasar. Akan tetapi sebenarnya mereka baik hati dan mudah menjalankan perintah pimpinan.
Demikian sekelumit sejarah Wonogiri berikut karakter masyarakatnya. Kami berharap calon pemimpin daerah Wonogiri yang akan datang benar-benar mau memahaminya sehingga mampu memimpin masyarakat Wonogiri yang berkarakter berbeda-beda tersebut dan tentunya juga mampu menggali potensi Wonogiri secara maksimal demi kemajuan Wonogiri dan demi kesejahteraan masyarakat Wonogiri.
Terima kasih !!!
Terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Wonogiri berasal dari bahasa Jawa, Wono (hutan) dan Giri (pegunungan). Menggambarkan kondisi wilayah Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan pegunungan.
Berawal dari dusun Nglaroh (wilayah kecamatan Selogiri), dimana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu yang dikemudian hari disebut Watu Gilang untuk menyusun strateginya melawan ketidakadilan dan penjajahan. Disitulah Raden Mas Said membentuk perwira2 perang yang mumpuni berjuluk Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dengan dukungan penuh rakyat Nglaroh Raden Mas Said berhasil menumpas ketidakadilan pemerintahan pada saat itu yaitu Paku Buwono II dan sekaligus mengusir penjajah yaitu Belanda. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri. Dimana akhirnya Raden Mas Said mampu menjadi penguasa wilayah itu dan diangkat menjadi Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I.
Raden Mas Said dalam perjuangannya mempunyai semboyan yang menjadi ikrar sehidup semati yaitu "Pamoring Kawulo Gusti" sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya. Luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagai keluarga besar yang sulit dicerai beraikan musuh. Ikrar itu berbunyi "TIJI TIBEH" Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh. Dia juga menciptakan konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu: 1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran dan mau menerima anugerah hanya dengan cara yang wajar, kemudian harus berbagi bahagia dengan sesama. 2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya sehingga rela berjuang, bekerja dan merawat daerahnya. 3. Wajib Melu Hangrungkebi, atinya wajib berjuang hingga tetes darah penghabisan demi tanah kelahirannya.
KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 daerah yang masing2 memiliki ciri khas atau karakteristik yang dipakai sbg metode dalam kepemimpinannya. 1. NGLAROH (Wonogiri bagian utara, meliputi Selogiri dan sekitarnya) Sifat rakyat daerah tsb adalah Bandol Ngrompol. Artinya kuat dari segi rohani dan jasmani, punya sifat bergerombol atau berkumpul. Positif dalam menggalang persatuan dan kesatuan. Jika bisa menguasai rakyat Nglaroh akan menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan. 2. SEMBUYAN (Wonogiri bagian selatan mengeliling dari Baturetno sampai Wuryantoro) Punya karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho. Artinya penurut, mudah diperintah pimpinan atau bersifat paternalistik. 3. WIROKO (Bagian tenggara Wonogiri, Tirtomoyo dan sekitarnya) Berkarakter Kethek Saranggon. Artinya punya sifat mirip kera, suka bergerombol, sulit diatur dan mudah tersinggung. Harus bisa jaga jarak dengan mereka, tidak terlalu dekat namun juga tidak bisa dijauhi. 4. KEDUWANG (Wonogiri timur) Berkarakter Lemah Bang Gineblegan. Artinya seperti tanah liat yang bisa padat dan mudah dibentuk. Mereka suka berfoya2 dan sulit diatur. Namun bila pandai menepuk2 mereka bagai tanah liat, mereka mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat. 5. HONGGOBAYAN (Timur laut Wonogiri, hingga perbatasan Karanganyar) Berkarakter Asu Galak Ora Nyathek. Artinya sepintas jika dilihat dari tutur katanya terkesan keras dan kasar. Akan tetapi sebenarnya mereka baik hati dan mudah menjalankan perintah pimpinan.
Demikian sekelumit sejarah Wonogiri berikut karakter masyarakatnya. Kami berharap calon pemimpin daerah Wonogiri yang akan datang benar-benar mau memahaminya sehingga mampu memimpin masyarakat Wonogiri yang berkarakter berbeda-beda tersebut dan tentunya juga mampu menggali potensi Wonogiri secara maksimal demi kemajuan Wonogiri dan demi kesejahteraan masyarakat Wonogiri.
Terima kasih !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar